Bupati Syarwani Dorong Pembangunan Terpadu Berbasis Hutan Sosial di Landskap Kayan

JAKARTA – Bupati Bulungan, Syarwani, S.Pd., M.Si, menyatakan komitmennya untuk mengembangkan Lanskap Kayan sebagai kawasan terpadu berbasis perhutanan sosial melalui pendekatan Integrated Area Development (IAD). Komitmen tersebut disampaikannya dalam Thought Leaders Forum (TLF) ke-34 di Jakarta, Rabu (25/6), yang mengangkat tema “Mendukung Pembangunan Wilayah Terpadu Berbasis Perhutanan Sosial melalui Pengembangan Komoditas Unggulan.”

Menurut Syarwani, semangat pengelolaan hutan secara berkelanjutan selaras dengan arah pembangunan daerah yang mengedepankan kearifan lokal. Ia memperkenalkan slogan daerah “Tenguyun Hutanku”, yang merujuk pada semangat gotong royong dan kebersamaan dalam menjaga serta memanfaatkan sumber daya alam secara adil dan berkelanjutan.

“Kami meyakini, dengan semangat Tenguyun Hutanku, Bulungan mampu menjaga hutannya tanpa meninggalkan potensi ekonomi masyarakat dan keragaman lokal yang dimiliki,” ujar Syarwani.

IAD Lanskap Kayan di Kabupaten Bulungan merupakan salah satu dari sembilan lanskap prioritas nasional yang dibentuk berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 28 Tahun 2023 tentang Perencanaan Terpadu Percepatan Pengelolaan Perhutanan Sosial. Kawasan ini meliputi 18 desa dengan luas sekitar 568.182 hektare, dan menjadi wilayah dengan potensi besar dalam pengembangan agroforestri, silvopastura, ekowisata, serta pengolahan hasil hutan bukan kayu.

Bupati Syarwani menegaskan bahwa pendekatan IAD tidak hanya diperuntukkan bagi desa-desa yang memiliki areal perhutanan sosial. “Desa yang tidak memiliki sumber daya hutan bisa menjadi pusat kegiatan ekonomi dan pelatihan, sebagai hub untuk desa lainnya,” katanya. Ia bahkan mengusulkan pengembangan model “satu desa satu produk” sebagai strategi pemerataan ekonomi lokal.

Selaras dengan program prioritas Kabupaten Bulungan, yakni Mandau Tani (Komando Strategi Pembangunan Pertanian), pengembangan komoditas unggulan seperti kakao dan kopi terus didorong. Hingga 2022, total luas lahan kakao mencapai 634 hektare, sementara kopi telah mencapai 308 hektare. Selain itu, desa-desa di sepanjang Sungai Kayan juga dikenal sebagai penghasil aneka buah lokal seperti durian, langsat, duku, lai, dan cempedak, serta potensial untuk pengembangan madu dan minyak atsiri.

Komitmen daerah tersebut mendapatkan apresiasi dari berbagai pihak. Kepala Dinas Kehutanan Provinsi Kalimantan Utara, Nur Laila, menyampaikan dukungan penuh terhadap implementasi IAD di Lanskap Kayan. “Kami akan memperkuat kelembagaan, pendampingan, dan pelatihan untuk mendukung pengembangan komoditas perhutanan sosial,” ujarnya.

Senada, Direktur Pengembangan Usaha Perhutanan Sosial Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Catur Endah Prasetiani, menilai IAD Bulungan sebagai contoh konkret sinergi antara pusat dan daerah dalam mendorong pembangunan yang inklusif dan berkelanjutan.

Sementara itu, Direktur Terestrial Yayasan Konservasi Alam Nusantara (YKAN), Ruslandi, menekankan pentingnya Lanskap Kayan sebagai kawasan strategis ekologis dan ekonomi. “Sungai Kayan adalah nadi Kalimantan Utara. Menjaga lanskap ini berarti menjaga masa depan warga yang bergantung padanya,” ujar Ruslandi.

Dengan pendekatan kolaboratif yang melibatkan masyarakat, swasta, akademisi, dan pemerintah, Bupati Syarwani optimistis Lanskap Kayan akan menjadi model pembangunan terpadu yang mampu menyelaraskan konservasi dan kesejahteraan.***

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Content is protected !!